Ragu-Ragu Lolos SNMPTN (2020-My Own Experience)

 Halo teman-temanku yang budiman. Bagaimana kabarnya hari ini? Kali ini aku mau ngebawain jawaban atas keragu-raguan yang mungkin ada dalam benak kalian.


"Apa bener aku bisa lolos SNMPTN?"


Aku dulu juga pernah berpikir begitu. Bayangin, aku daftar di jurusan yang mana tahun sebelumnya peminatnya 700 lebih, dan yang diterima cuma 17. Aku deg-degan, nangis sejak pertama kali finalisasi (sumpah, nggak bohong), dan pokoknya gitu deh, setiap hari senam jantung. 🦌


Waktu itu aku takut banget kalo nggak lolos. Rasanya kayak ... aku tuh phobia sama yang namanya ujian (waktu itu aku habis kelar ujian sekolah, dan itu aku rasanya stres parah, gampang nangis, moody-an, dan segala-galanya. Kayak orang gila) apalagi ujian semacam SBMPTN. Denger kata 'SBMPTN' aja rasanya aku kayak mau nangis tau. Huhu. Aku takut banget, takuuut. Tapi yaudah deh akhirnya aku beraniin diri. Tiap hari rasanya kayak di neraka, mikir negatif ini itu. Tapi ya itu, aku berusaha menyingkirkan segala pikiran negatif, dan menggantinya dengan pikiran positif. Itu sulit, aku akui itu sulit. Tapi ya gimana lagi? Semua dalam keadaan yang kepepet, terpaksa. Yaudah. 😭 Nggak mungkin juga 'kan kita maksa Tuhan buat nurutin kemauan kita? Kita cuma bisa berdoa.


Jadi, kita serahin aja semuanya ke Tuhan. Tapi, sebelum nyerahin segalanya, kita coba dulu usaha terbaik untuk 'memilih' dalam SNMPTN. 


Sejujurnya aku dulu juga nggak sebaik ini ngerencanain masa depanku. Aku milih ilmu gizi aja dalam waktu beberapa hari sebelum finalisasi. Jadi, buat kalian yang masih punya waktu, lebih baik pikirkan matang-matang. CARI JURUSAN YANG KALIAN SUKA DAN KALIAN ENJOY MENIMBA ILMU DI SANA. Dan jangan lupa, restu orang tua. Apa pun yang kalian lakuin, jangan lupa restu orang tua. Aku dulu juga sempat adu argumen ini itu, tapi akhirnya aku dan orang tua nemuin kesepakatan. Gapapa, orang tua emang lebih tau daripada kita. Kalian boleh nyangkal, boleh ngasih argumen, tapi saat ambil keputusan jangan selfish, jangan sok bisa. Karena kedepannya nanti, kalau kita ada masalah atau kendala, pasti orang tua jadi tempat pertama untuk kembali. Nah, kalo awalnya kamu ambil keputusan selfish, apa akhirnya nggak malu memohon dan ngemis-ngemis di hadapan orang tua? Makanya, pikirin baik-baik. Seimbangkan antara bakat, minat, restu orang tua, keadaan, dan yang terpenting, kapasitas diri kamu. Apakah kamu layak masuk ke PTN itu atau enggak. Blak-blakan aja ya kita. Tapi kamu gaboleh men-judge diri dengan pandangan subyektif ya. Harus obyektif. Jangan juga mencampurkan rasa sombong dalam menilai diri, yang ada kamu bisa jatuh. Jangan juga mencampurkan rasa rendah diri, karena kamu bisa kehilangan kesempatan untuk maju.


Aku? Aku sendiri pernah hampir mengalami yang kedua. Aku bener-bener takut buat daftar SNM di UNSOED karena ... ya, itu. Aku takut aja kalau aku nggak bisa jadi 17 dari 700 calon mahasiswa. Aku nangis, sampai ibuku nggak percaya kalau aku bisa jadi orang yang bener-bener nggak percaya diri. Aku juga nggak mau percaya kalau saat itu aku beneran jatuh. Ya. Jatuh ke dalam pikiran negatif terhadap diriku sendiri. Kalian nggak boleh kayak gitu, jangan kayak aku. Kalian harus optimis.


Tapi, seoptimis apa pun kita, harus tetap waspada dan bersiap untuk segala kemungkinan terburuk. Aku, yang rasanya waktu itu tuh kayak phobia SBM, akhirnya bilang, "Aku bakal berjuang sampai akhir." Meski rasanya gemeter pas ngucapin itu, apalagi di hadapan ibuku, tapi aku berusaha untuk yakin. Ketika aku udah berucap, aku selalu berusaha menjaga harga diriku dengan nggak memungkiri apa yang udah aku ucapkan. Kayak waktu itu, di kelas. Aku lagi bercandaan sama temanku ... eh, enggak. Pernah nonton Spongebob Squarepants? Ada scene saat Squidward bilang ke Spongebob, "Mereka tidak tertawa bersamamu. Mereka menertawakanmu." Ya, itu yang aku rasain waktu itu. Entah kenapa perasaanku jadi sensitif. Aku yang orangnya kelihatan periang, banyak tertawa, pokoknya happy virus deh, seharian itu dibikin bahan bercandaan sama sahabat-sahabatku. Tau apa yang terjadi selanjutnya? Aku tiba-tiba bilang, dengan nada serius, "Lihat aja, aku bakal masuk ke universitas yang aku mau." Aku agak jahat ya ngomong gitu? Jahat nggak, sih? Kayaknya enggak, kan aku nggak nyumpahin mereka atau mengumpat. Aku juga nggak ngedoain yang jelek-jelek kok. 😭🐢 Mereka—yang katanya sahabat-sahabatku—juga masuk sepuluh besar kok haha, berarti aku nggak ngerendahin siapa pun dong. Lagipula aku cuma ngomong kayak gitu. Dan mereka langsung diem. Sekarang, temen-temen yang ngeremehin aku waktu itu, nggak ada yang kuliah. Semuanya gagal kuliah atas berbagai alasan. Aku sebenernya nggak mau bilang ini di sini, takut mereka baca juga tapi ... nggak papa deh. Ini buat pelajaran aja (halo temenku, kalo kalian baca ini, maaf ya. Tapi aku beneran ngerasa sakit hati setiap kali kalian bercanda dengan tanpa mikirin perasaan orang lain. Tapi biar bagaimanapun, aku tetep sayang kalian kok, soalnya kalian lebih banyak baiknya daripada jahatnya), kalian juga usahain jangan pernah nyakitin temen kalian ya. Kasihan tau .... Itu bisa jadi karma buruk. Meskipun teman yang disakiti nggak ngedoain apa pun, tapi hati kecilnya sebenarnya nangis, nggak ada yang tahu, dia cuma bisa mendam segalanya sendiri.


Oke, balik lagi ke topik. Aku dulu juga pernah bilang di depan kelas, "Aku nggak akan murtad dari saintek." Ya, aku hari itu cuma memberi penguatan kepada diriku sendiri, kalau aku udah bicara di depan orang, aku bakal malu buat ngingkarin. Makanya aku gunain sifatku sendiri untuk memperalat diriku sendiri. Sounds scarry? 😂


Optimisme. Kalau kata salah satu kakak youtuber, tentang SNM, itu katanya sehabis daftar SNM, kamu lupain aja SNM. SNM cuma jalur hadiah. Seperti lotre. Kamu bisa menang ataupun kalah kapan aja. Jadi, seoptimis apa pun kamu merasa bakal keterima SNM, jangan lupa tetap belajar buat SBM.


Sejatinya dulu aku nggak gitu, sih, WKWKWK. Aku dulu abis SNM mah nggak belajar lagi, males banget huhuhu. Jangan ditiru, ya. Mungkin aja waktu itu aku lagi beruntung, bisa masuk lewat jalur hadiah semacam SNM. 


Btw aku masih ngerasa belum pantas buat berbagi cerita ke kalian, hehehe. Maaf ya kalau selama ini aku banyak salahnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mata Kuliah pada Semester 1?!—Ilmu Gizi UNSOED

Run, Run, Run! Pesawat Hampir Lepas Landas!

Bagian Sembilan