Euforia Lolos SNMPTN 2020

 Halo teman-temanku yang budiman! Hanatta kali ini mau ngebawain tulisan tentang euforia yeye yeye yeye. (Silakan putar backsound: Euforia by Jeon Jeongkuk [Jungkook BTS]. Hahaha, bercanda deng.)

Jadi maksudnya euforia yang bakal aku bawain kali ini adalah ... jeng jeng jeng EUFORIA LOLOS SNMPTN 2020! πŸŽ‰ (Berlebihan nggak sih? Nggak terlalu euforia juga sebenernya. πŸ˜…)


Dahlah, lanjut aja ya, demi berbagi kisah dengan kalian, aku akan melanjutkan cerita ini.


Setelah berhasilnya aku dan temen-temen lainnya dalam mendaftar akun LTMPT, kami pun menunggu daftar nama-nama siswa yang lulus seleksi penyaringan di sekolah. Dari sekolah kami, aku akui jumlahnya sangat sedikit. Seingatku dari jurusan MIPA hanya ada delapan siswa, dan dari jurusan sosial ada tiga siswa. Hal itu nggak aneh sama sekali, karena memang jumlah siswa yang berminat untuk mendaftar SNMPTN di sekolah kami kala itu sangat sedikit. Sedangkan kuantitas siswa yang diperbolehkan mengikuti SNMPTN dari setiap sekolah adalah 40% teratas dari jumlah siswa yang mencoba mendaftar SNMPTN (seingatku ya, maaf kalau salah. Hehehe, biasa, pelupa banget nih!)


Kami yang lolos penyaringan di sekolah pun menyemangati teman lain yang belum lolos (ya, semua orang punya Roma-nya dan jalan menuju Roma-nya masing-masing, bukan? Akui itu!) kemudian kami mulai mendaftarkan diri ke PTN yang kami tuju.


Beruntung, pada saat pendaftaran SNMPTN server LTMPT tidak sering down seperti pada saat pendaftaran akun. Hal ini tentu disebabkan oleh jumlah pengakses yang lebih sedikit dari sebelumnya (banyak yang sudah tereliminasi nih, teman-teman, jadinya sudah semakin sedikit pengaksesnya). Dalam rentang waktu yang disediakan oleh pihak LTMPT, kami akhirnya bisa menyelesaikan seluruh pendaftaran dan memfinalisasikannya tepat waktu. 


Setelah itu, tentunya kami harus senam aerobik jantung. Terutama bagi kami yang mendaftar di universitas yang letaknya di luar daerah. Setiap hari rasanya deg-degan! Meskipun kata salah seorang kakak yang sering memposting video dan kiriman tentang SNMPTN, "Habis daftar SNMPTN, dilupain ya, Dek! Langsung belajar buat SBMPTN!" harusnya aku belajar ya, hehe, tapi aku nggak  langsung belajar buat SBMPTN waktu itu, karena aku masih ada beban Ujian Nasional (waktu itu belum dihapus) jadi aku berusaha buat belajar UN sama Ujian Sekolah. Nggak tahu kalau teman-teman yang lain, tapi aku lihat salah seorang temanku sudah sering bawa buku tebal SBMPTN ke sekolah. Aku sendiri juga belajar dari buku setebal itu, bedanya, yang aku pelajari lebih ke UN, dan yang temanku pelajari lebih ke SBMPTN.


Hari-hari berlalu, dan saat Ujian Sekolah juga sudah selesai, bertepatan dengan pandemi virus korona yang semakin membabi buta. Akhirnya, kami semua diliburkan sementara sambil menunggu timeline UN. Tentunya, kami masih diwanti-wanti untuk terus belajar secara mandiri di rumah loh ya.


Waktu itu aku kembali ke desa, karena orangtua katanya kangen. Di kota waktu itu covid belum terlalu menjadi-jadi, tetapi tetap saja aku harus mensterilkan diri sebelum kembali ke desa. Aku beberapa hari tinggal di kota tuh, mengurung diri, terus banyakin mandi, cuci-cuci semua yang ada, bersih-bersih juga. Sampai akhirnya aku rasa udah cukup, baru deh pulang ke desa.


Di desa, hari-hari berlalu dengan cukup menyenangkan. Yaiyalah, aku sudah kangen banget sama keluarga, dan akhirnya bisa ketemu, terus ke ladang sama-sama, makan sama-sama, nonton film yang udah ditonton berkali-kali sama-sama, pokoknya semuanya sama-sama.


Kayaknya terlalu out of topic banget ya, cerita di atas? Hehehehe. Maaf, suka gitu sih kalau udah cerita. Kadang juga bahasanya jadi baku, kebiasaan. Padahal tadinya mau pakai bahasa santai biar kita rasanya deket gitu, hehe.


Singkat cerita, UN ditiadakan, lalu pengumuman SNMPTN juga diundur menjadi tanggal 8 April 2020 (kalau ini aku masih inget banget, nggak akan pernah lupa!) jam 13:00 WIB atau kalau di daerahku sama dengan pukul 14:00.


Dari semalem sebelum tanggal 8 April, aku udah nggak bisa tidur dengan nyenyak tuh karena mikirin pengumuman, mikirin segala hal yang mungkin saja bisa terjadi. Eh, tiba-tiba aku dapat e-mail hari itu. Jadi e-mail tersebut sebenernya udah sampai sejak sore hari, tapi aku baru buka waktu malam, di rumah (waktu itu sinyal lebih susah dari sekarang, aku harus ke rumah tetangga demi bisa online). Ternyata apa? University of Canterbury mengontakku via e-mail. Kalian inget nggak kalau aku pernah cerita soal aku yang mendaftar beberapa scholarship fully funded di luar negeri? Nah, University of Canterbury adalah salah satunya, disamping Nanyang dan yang lainnya (seingatku lagi nih, maaf). Ya, ternyata cuma satu itu yang berhasil, hehehe. Eh, bentar, belum berhasil beneran, jangan mengambil kesimpulan dulu ya! Jadi, isi dari surat elektronik itu meminta aku untuk memenuhi persyaratan akademik seperti transkrip nilai rapor dengan menggunakan bahasa inggris, dll. Aku bingung. Malam itu aku goyah, padahal besoknya pengumuman SNMPTN. FYI, di University of Canterbury, aku memilih Forestry atau kehutanan (aku mau sertain screenshot-nya, tapi nanti upload postingan ini jadi lama. Apalagi surelnya udah lama ketimbun di inbox mail aku. Jadi nggak aku lampirin ya, mungkin kapan-kapan kalau temen-temen beneran penasaran. Komen aja ya di kolom komentar!). Namun pada akhirnya aku memutuskan "Kalau besok SNMPTN nggak diterima, oke aku ambil yang ini. Tapi kalau diterima, yang ini nggak aku ambil." 


Aku tetap kukuh pengen lolos SNMPTN. Aku bahkan udah mengusahakan agar sesedikit mungkin melihat warna merah, dan sebanyak mungkin melihat hijau-hijauan, terutama dari pohon dengan dedaunannya, demi menstimulus otakku agar terekam dengan jelas warna hijau itu, dan muncul sebagai warna dalam pengumuman SNMPTN yang akan datang. Aneh 'kan? Iya, aneh. Aku akui itu memang aneh, tapi nyata! (Warna merah berarti tidak lolos, dan warna hijau berarti lolos dalam pengumuman SNMPTN, aku waktu itu tahu dari berbagai sumber yang menyebutkan tentang hal itu.)


Keesokan harinya, karena di rumahku susah sinyal internet, tepat pada pukul 14:00 WITA, aku belum membuka pengumuman. Aku masih duduk-duduk di rumah, lemas juga karena takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku beberapa kali melihat kedua orangtuaku, meminta dukungan dari mereka. Nggak tahu kenapa, setiap aku takut, kalau orangtuaku terutama ibu bilang "Nggak papa,"  aku bakal langsung jadi kuat. Ya, meski kadang tetep nggak manjur juga sih, hehe.


Setelah hampir satu jam aku deg-degan, diam di rumah karena entah kenapa, cuma kayak belum siap aja. Akhirnya menjelang jam 15:00 WITA, aku, ibu, dan adik perempuanku pergi ke rumah tetangga yang lokasinya cukup sinyal internet. Belum sempat aku membuka pengumuman, aku justru sudah dikirimi pesan singkat oleh sahabatku. Katanya, ia lolos di Fakultas Kedokteran salah satu universitas di Jakarta! Aku seneng juga dong! Namun di saat yang bersamaan aku juga sedih karena aku sendiri belum tahu hasilku bagaimana. Waktu itu aku juga belum tahu buka hasilnya dimana, tapi temanku kemudian memberi salah satu laman mirror untuk melihat hasilnya. Serius, tanganku bergetar sewaktu membuka link yang diberikan oleh temanku. Jaringan yang lelet juga turut meramaikan momen penuh debaran itu. 


Daaan ... HIJAU! HIJAUHIJAUHIJAUHIJAUHIJAU HIJAU GAISsSSs! Ternyata hijau warnanya! Langsung nangis, sampai tetangga yang punya rumah keluar terus bilang, "Ada apa?"


Malu banget dong ditanyain gitu. πŸ˜³πŸ˜…


Dah gitu aja. Haha, nggak deng. Iya sih, euforia-ku sebatas itu aja. Maaf, jangan menyesal karena sudah membaca ya. ☹️


Akhirnya aku screenshot laman itu, terus jadiin lockscreen, dan wallpaper buat menghargai diriku sendiri. Aku nggak percaya, ternyata bisa berhasil. Soalnya aku sendiri nggak yakin kalau harus ikut tes SBMPTN (tesnya di Pulau Tarakan dan kondisi pandemi, harganya transportasinya juga cukup mahal untuk pergi ke sana). Makanya aku berharap banget sama SNMPTN itu.


Setelah pengumuman, aku juga harus daftar ulang secara daring. Dan setelah itu, aku sudah bisa bebas menikmati liburanku di rumah, sebelum akhirnya turut sibuk seperti mahasiswa lain di bangku perkuliahan. 


Akhir dari postingan kali ini kelihatannya kurang menarik nih, aku kurang bisa bikin ending-nya greget, huhu, maaf. Tapi untuk selanjutnya aku bakal bawain sesuatu yang mungkin kalian mau tahu. Tentang apa hayo? Jadi, aku berniat untuk menjelaskan bagaimana hubunganku dengan surel University of Canterbury, dan bagaimana caraku memohon maaf atas kejadian ini (batal mendaftar disana karena telah lulus SNMPTN). Kepo nggak? Ah, pastinya kepo dong! Yaudah, tungguin postingan selanjutnya dari blog Hanathings ya! Terimakasih sudah membaca hari ini. Tunggu bahan bacaan selanjutnya, dan happy reading! πŸ’†‍♂πŸ’†‍♀

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mata Kuliah pada Semester 1?!—Ilmu Gizi UNSOED

Run, Run, Run! Pesawat Hampir Lepas Landas!

Bagian Sembilan